Jakarta, Intensitas hujan yang tinggi pada Selasa (20/9/2016) malam pukul 23.00 WIB telah menyebabkan Sungai Cimanuk dan Sungai Cikamuri meluap. Akibatnya, banjir bandang
menerjang kecamatan Bayongbong, Garut Kota, Tarogong Kidul, Tarogong Kaler, Banyuresmi, Karangpawitan, Kabupaten Garut pada Rabu (21/9) pukul 01.00 WIB.
Kwartir Nasional (Kwarnas) Gerakan Pramuka langsung bertindak cepat dengan mengirimkan Andalan Nasional Bidang Pengabdian Masyarakat dan Siaga Bencana Kak Eko Sulistio. Setiba dari Myanmar usai mendistribusikan daging kurban ke suku Rohingya, Kak Eko langsung menuju ke lokasi bencana di Garut.
Bersama timnya Kak Eko membawa pakaian anak lima karung, sarung dan selimut dua karung, daging kaleng 1000 pcs, mie instant 10 kardus, beras lima karung dan lima personil dengan kemampuan water rescue dengan peralatan yang lengkap.
“Peralatan kita bawa alat pompa air untuk membersihkan lumpur di rumah warga dan di rumah sakit dan sekolah-sekolah. Ini adalah bantuan tahap awal,” ujar Kak Eko saat dihubungi, Kamis (22/9/2016).
Menurutnya, aksi kemanusiaan ini sekaligus untuk membackup dan mensupport Abdimasgana Kwarcab Garut. Berdasarkan hasil pantuan Kak Eko, sampai saat ini tim sar masih melakukan pencarian para korban yang dinyatakan hilang. ”Kita libatkan juga Pramuka di Garut untuk membantu mencari para korban,” jelasnya.
“Peralatan kita bawa alat pompa air untuk membersihkan lumpur di rumah warga dan di rumah sakit dan sekolah-sekolah. Ini adalah bantuan tahap awal,” ujar Kak Eko saat dihubungi, Kamis (22/9/2016).
Menurutnya, aksi kemanusiaan ini sekaligus untuk membackup dan mensupport Abdimasgana Kwarcab Garut. Berdasarkan hasil pantuan Kak Eko, sampai saat ini tim sar masih melakukan pencarian para korban yang dinyatakan hilang. ”Kita libatkan juga Pramuka di Garut untuk membantu mencari para korban,” jelasnya.
Kampung Bojong Sudika, RW 19, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong Kidul, Kabupaten Garut, merupakan salah satu titik terparah terkena banjir bandang. Di kawasan padat penduduk itu diketahui sebanyak 160 rumah porak poranda, 22 korban meninggal ditemukan dan 8 orang hilang sampai Rabu (21/9/2016) malam.
Sementara itu, sesuai keterangan dari tim identifikasi yang berada di Rumah Sakit Guntur TNI AD, jenazah korban bencana banjir yang terdata sebanyak 23 orang dan 22 orang belum ditemukan. Data tersebut tercatat sampai Rabu malam.
“Korban kemungkinan bertambah, sampai sekarang tercatat 45 orang. 23 orang diketahui meninggal setelah ditemukan tim evakuasi dan 22 korban dilaporkan masih dalam pencarian,” terang dokter polisi dari Polres Garut, Endah Krisnawati.
Sampai berita ini diturunkan belum bisa dipastikan jumlah pasti korban meninggal akibat bencana banjir di Garut. Apalagi keterangan warga yang merasa kehilangan sanak saudara dan tetangganya masih didata oleh pemerintah setempat. (HA / Humas Kwarnas/pramuka.or.id)